Kesehatan, Tips

Sisir Terbaik Bangsa

Sumber: Unsplash

Saya adalah tipe orang yang suka antisipasi dengan rasa sakit, terutama bila rasa sakit itu sangat hebat dan sulit untuk dilupakan. Salah satu rasa sakit dalam hidup saya yang pernah dirasakan dan paling maa syaa Allah nikmatnya adalah rasa sakit saat melahirkan. Baru kali itu saya merasakan momen antara hidup dan mati, karena perjuangannya sehebat itu. Sampai-sampai saya dulu mengira akan mendengar kalimat, “Man robbuka?” setelah melahirkan A1. Karena itulah saya berusaha mencari tahu banyak informasi untuk membuat saya lebih nyaman ketika harus kembali menghadapi pengalaman yang sama.

Sebelum melahirkan A1, saya sempat ikut satu kelas persiapan melahirkan yang hits pada jamannya. Kelas tersebut berbayar dan menurut saya cukup mahal karena diadakan hanya satu kali sesi selama dua jam saja. Wajar saja jika dibandrol semahal itu karena dulu belum banyak “saingannya”, terutama yang mengadakan kelas online dengan tema sama. Masalah worth it atau tidak, menurut saya tergantung oleh konsumen ya. Kalau bagi saya, masih belum cukup untuk memahami apa yang terjadi dan apa yang harus saya lakukan ketika saya melahirkan. Rasanya masih blank dan kurang berdaya, sehingga banyak terjadi hal-hal kurang diinginkan, qadarullah. Sebenarnya saat itu saya juga mengikuti kelas persiapan melahirkan di Jerman bersama suami, namun karena kendala bahasa jadi belum begitu klik dan merasuk ke jiwa.

Alhamdulillah, berkah pandemi sekarang banyak sekali kelas online persiapan melahirkan yang diadakan dan harganya relatif lebih terjangkau dari kelas yang saya ikuti beberapa tahun lalu. Salah satu program yang saya ikuti adalah kelas-kelas Smile Birth. Menariknya, Smile Birth ini memiliki materi sangat terstruktur dan terkurikulum. Di sini terdapat tiga modul utama untuk dipelajari, plus kelas tambahan live Zoom jika diperlukan, apabila ada materi yang ingin diperdalam. Dengan akses website dan belajar self-paced, saya dapat mengatur sendiri ritme belajar saya dan bisa mengulang materi kapanpun saya mau. Mungkin ada beberapa hal yang berbeda value dengan apa yang saya yakini, namun manfaat yang saya dapat juga sangat banyak, biidznillah.

Di kelas tersebut saya belajar A-Z tentang apa yang sebenarnya terjadi di fisik saya saat hamil hingga proses melahirkan. Saya juga belajar bahwa dalam proses melahirkan itu sangat penting untuk “mendengar” apa yang dibutuhkan tubuh. Dulu saya mengetahui secara teori bahwa saat melahirkan, terutama ketika fase aktif yaitu pembukaan serviks 4-10 cm, saya harus bergerak, bergerak, dan bergerak agar tidak sakit. Namun kenyataan tidak seindah teori, Bund. Saat melahirkan yang pertama, saya sangat kesakitan dan lemas sehingga tidak dapat bergerak. Jadi ada perasaan gagal dan tidak sekuat ibu-ibu lain yang bisa berdaya menghadapi rasa sakit. Namun setelah ikut kelas Smile Birth ini saya mengetahui ternyata bisa lho tanpa gerak aktif tapi tetap melancarkan proses persalinan, yaitu dengan berbagai posisi tubuh dan teknik nafas. Karena itulah penting mengetahui di mana posisi janin setiap waktu dan bagaimana kebutuhan ibu sehingga memiliki opsi beberapa cara efektif untuk melalui proses bersalin. Jadi menurut saya, kelas tersebut sangat worth it baik dalam segi teori maupun praktek.

Lalu apa hubungannya dengan “sisir”?

Well, karena saat hamil saya banyak sekali riset teknik melahirkan yang nyaman, algoritma media sosial saya juga berubah mengikuti apa interest saya saat itu. Saya menemukan salah satu tips yang sangat manjur biidznillah ketika saya melahirkan kedua kalinya. Tips apa itu? Yaitu tips mengurangi rasa sakit kontraksi dengan bantuan sisir tajam.

Gimana caranya?

Cukup dengan menekan sisir itu kuat-kuat di telapak tangan ketika kontraksi datang. Sebenarnya bukan mengurangi ya, lebih tepatnya mengalihkan rasa sakit. Rasa sakit yang dirasakan di perut, pinggang, dan tulang belakang akibat kontraksi jadi terbagi ke telapak tangan. Jadi otak tidak fokus merasakan rasa sakit yang terpusat, namun menyebar. Poin positif lainnya, kemungkinan mencakar, menjambak, atau menyakiti suami jadi lebih sedikit karena ada pengalihan obyek lain, hehe.

Dan… apa yang dimaksud dengan “terbaik bangsa”?

Haha, saya memberi nama “terbaik bangsa” karena sisir tersebut langsung rusak, bengkok, bahkan ada yang patah setelah saya gunakan. Sisir tersebut benar-benar “mengorbankan dirinya” dan berjasa saat saya mengalami rasa sakit, biidznillah. Lucunya, setelah beberapa hari saya mengecek telapak tangan saya, masih terdapat sisa tekanan sisir tersebut dan lama sekali hilangnya. Ternyata sehebat itu ya saya menekan sisir tersebut ke telapak tangan tanpa merasa sakit sama sekali. Coba kalau saya menekan sisir itu tidak dalam keadaan melahirkan, tentu menekan sedikit saja sudah sangat kesakitan. Berarti kontraksi melahirkan itu benar-benar sakit ya hingga dapat melupakan rasa sakit lainnya.

Setiap proses melahirkan satu dan yang lainnya tentu memiliki cerita berbeda-beda. Cerita ini membentuk pengalaman dan kenangan tertentu yang tidak akan dilupakan ibu seumur hidup. Begitu pula pada bayi. Ketika melalui proses kelahiran, janin berperan dan berjuang mencari jalan lahir untuk masuk ke alam berbeda, yaitu alam dunia. Oleh karena itu, sangat wajar bila berikhtiar optimal melalui proses sakral ini agar pengalaman ibu dan bayi sama-sama menyenangkan sebelum memasuki fase hidup selanjutnya, yaitu pengasuhan, biidznillah.

Akhirul kalam, ahlan wa sahlan, A2!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *