Parenting, Perkembangan Anak, The Believer A1

Perjalanan Sikat Gigi

Sumber: Unsplash

Bagi ibu-ibu pasti mayoritas pernah mengalami drama persikatgigian, terutama saat anak memasuki usia toddler. Tak terkecuali dengan saya. Rasanya dulu saat bayi mudah banget buka mulut kalau diminta gosok gigi. Tapi semua berubah sejak memasuki usia toby, toddler-baby, alias young toddler atau toddler umur satu tahun. Fase egosentrisnya mulai berkembang, dia sudah merasa menjadi individu berbeda dengan sekitarnya, tetapi kemampuan motorik dan bahasa belum berkembang sempurna. Jadi ya… begitulah. Haha.

Awalnya saya coba dengan cara trik, yang menurut saya kurang bagus sih untuk dilakukan. Yaitu menggelitiki badannya hingga tertawa dan secepat kilat langsung menggosok giginya. Tentu karena cara ini sangatlah tidak terpuji (karena menurut saya ini kayak membohongi anak), cara ini bertahan hanya beberapa waktu saja. Setelah anak belajar, dia mengerti, “Ah ini mah cuma trik biar bisa gosok gigi,” akhirnya gagal total. Baik, skor ibu vs anak menjadi 0 vs 1.

Lalu saya ingat bahwa anak butuh keteladanan. Oleh karena itu saya minta suami untuk kerja sama sikat gigi bertiga setiap A1 waktunya sikat gigi. Jadilah kami bertiga berdesakan di kamar mandi untuk sikat gigi bersama. Alhamdulillaah A1 antusias, namun ternyata tetap sama. Hanya bertahan beberapa waktu saja.

Pusing lagi, saya cari cara lagi. Saya lihat A1 antusias sekali melihat ayahnya sikat gigi dengan sikat elektrik. Akhirnya saya coba menawarkannya memakai sikat tersebut, tentunya dengan kepala sikat yang berbeda dengan milik ayahnya. Berhasil sih iya berhasil, tapi ya bar-bar banget karena kan getarannya kencang ya, nggak cocok untuk anak usia di bawah dua tahun. Malah seharusnya penggunaannya direkomendasikan dari umur lima tahun dengan catatan harus dilatih untuk memakai sikat manual dulu. Tentu saja usia A1 sangat jauh dari usia rekomendasi. Lalu saya juga dapat ilmu dari Support Group yang saya ikuti, bahwa sebaiknya anak tetap harus bisa pakai sikat manual, karena pembersihan paling efektif ya dengan cara sikat manual itu. Baiklah saatnya dikurangi penggunaan sikat elektrik ini dengan selang-seling sikat manual. Jujur saja saya masih takut melepaskannya karena mumpung A1 mau sikat gigi. Hiks.

Terus gimana lagi ya ini, rasanya mentok banget. Setelah cari sumber sana-sini tentang parenting, saya mendapat pencerahan tentang habit tracker. Disebutkan bahwa tracker ini biasanya digunakan untuk mengumpulkan poin lalu nanti diberikan reward bila poin yang didapat bernilai sekian. Cara ini boleh digunakan, tapi dengan catatan lebih baik tidak dijanjikan sejak awal bahwa dia akan mendapatkan hadiah jika berhasil mengumpulkan sekian poin. Surprise saja dari orang tua dan hadiah bisa jadi apresiasi bahwa selama ini anak konsisten menjalankan kebiasaan yang disepakati. Jadi hadiah bukan karena hasil poin yang didapatkan, melainkan karena dia sudah berusaha konsisten dalam melakukan suatu hal baru yang tentu saja tidak mudah. Lalu dengan melihat poin yang banyak saja sebenarnya merupakan kepuasan anak tersendiri dan sudah merupakan reward baginya. Akhirnya saya coba membuatkan tracker sederhana untuk A1 dan mulai menerapkannya.

Saya memakai tracker ini untuk menyemangati A1. Saya menempelkan tracker ini di depan pintu kamar mandi sesuai dengan tinggi badannya dan membeli dot sticker di toko aksesoris untuk menempelkan stiker sebagai poinnya. Saya sengaja memilih dot sticker yang warna-warni jadi A1 bisa memilih mana yang diinginkan.

Biidznillaah ternyata respon A1 sangat bagus. A1 semangat gosok gigi karena setelah itu dia dapat stiker untuk ditempel di tracker. Wah maa syaa Allah, sekarang tinggal saya pantau berapa lama A1 bertahan untuk konsisten. Alhamdulillaah setelah sebulan lamanya A1 masih semangat sekali untuk sikat gigi dengan metode ini dan setelah saya coba lepas sikat elektrik ternyata masih semangat. Alhamdulillaah kemudahan dari Allah.

Setelah sebulan lamanya akhirnya seperti pencerahan yang telah saya dapatkan, saya memberikan hadiah ke A1. Saya lupa sebenarnya hadiah apa yang saya berikan, namun yang saya ingat adalah perkataan yang saya ucapkan padanya. Yaitu bahwa saya bangga dan bersyukur karena atas izin Allah A1 bisa konsisten sikat gigi hingga sebulan, maka saya berikan hadiah untuk apresiasi usahanya. Sejak saat itu saya coba lepas tracker dan ternyata kebiasaan sikat gigi masih tercapai dengan baik.

Catatan ini paling utama tujuannya adalah sebagai pengingat saya, bahwa ada banyak jalan untuk mendidik anak dan janganlah berputus asa dari bantuan Allah Ta’ala. Satu cara mungkin hasilnya bisa berbeda jika diterapkan ke anak lain. Juga satu cara yang sama diterapkan di anak yang sama pula, bisa juga hasilnya berbeda ketika dilakukan di waktu yang berbeda. Berarti sebagai orang tua perlu banyak belajar dan bersungguh-sungguh agar memiliki banyak senjata untuk melatih kebiasaan baik anak. Lalu jangan takut salah, karena memang menjadi orang tua itu trial and error dan itu tidak apa-apa. Asalkan bila sudah tahu bahwa itu salah, kita usaha memperbaikinya, bukan pasrah pada hasil yang buruk saja.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *